Pengharapan dalam Kekecewaan

Pengharapan dalam kekecewaan dalam eskatologi merupakan tema yang sangat penting dan relevan bagi kehidupan iman orang percaya, terutama ketika mereka menghadapi berbagai tantangan, penderitaan, dan ketidakpastian dalam dunia yang penuh dengan pergumulan. Eskatologi, sebagai doktrin tentang akhir zaman dan penggenapan janji Allah, memberikan kerangka pengharapan yang kokoh sekaligus realistis. Dalam kenyataan hidup yang sering kali dipenuhi kekecewaan-baik karena kehilangan, penderitaan, maupun ketidakadilan-pengharapan eskatologis bukanlah sekadar optimisme kosong atau harapan yang naif, melainkan sebuah keyakinan yang teguh bahwa Allah yang berdaulat akan menuntaskan karya keselamatan-Nya dengan cara yang sempurna dan adil pada waktu yang telah ditentukan. Pengharapan ini menjadi sumber kekuatan dan penghiburan yang memungkinkan orang percaya untuk bertahan dan terus maju meskipun menghadapi kekecewaan yang mendalam.

Teologi modern seperti Jürgen Moltmann menegaskan pentingnya pengharapan eskatologis sebagai kekuatan pembebasan yang mampu mengatasi kekecewaan dan keputusasaan. Dalam karya terkenalnya The Theology of Hope, Moltmann menjelaskan bahwa pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah bukan hanya janji masa depan yang jauh, melainkan kekuatan yang menggerakkan tindakan nyata di masa kini. Pengharapan ini membuka ruang bagi manusia untuk tidak terjebak dalam keputusasaan, tetapi terus berjuang dan berkontribusi dalam pembaruan dunia, baik secara sosial maupun ekologis. Moltmann melihat penderitaan dan kekecewaan sebagai bagian dari realitas dunia yang sementara, yang akan diatasi oleh karya Allah yang akan datang. Pengharapan eskatologis menjadi sumber kekuatan yang membebaskan dan menggerakkan gereja untuk hadir sebagai agen perubahan dan solidaritas di tengah dunia yang menderita.

Dalam konteks Perjanjian Baru, khususnya dalam surat-surat Paulus, pengharapan eskatologis juga dipahami sebagai kenyataan yang sudah mulai dialami, meskipun penggenapannya masih dinantikan. Paulus mengajarkan bahwa orang percaya hidup dalam ketegangan antara "sudah" dan "belum"-keselamatan sudah dimulai melalui karya Kristus, tetapi penggenapannya masih menunggu pada masa depan. Hal ini mengajarkan bahwa pengharapan eskatologis bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan aktif dan dinamis, yang menguatkan iman dan menuntun orang percaya untuk hidup setia dan berbuah dalam perbuatan baik. Pengharapan ini tidak pernah mengecewakan karena didasarkan pada kasih karunia Allah yang dicurahkan dalam hati orang percaya melalui Roh Kudus. Oleh karena itu, meskipun mengalami kekecewaan dan penderitaan, orang Kristen tetap memiliki pengharapan yang kokoh dan tidak goyah.

Pengharapan eskatologis juga berfungsi sebagai penghiburan dan penguat iman dalam menghadapi penderitaan dan ketidakpastian hidup. Dalam banyak bagian Alkitab, seperti dalam kitab Mazmur dan kitab Wahyu, pengharapan akan pemulihan dan keadilan Allah menjadi sumber kekuatan bagi umat yang tertindas dan menderita. Dalam pendidikan agama Kristen, pengajaran tentang eskatologi diharapkan dapat menyiapkan umat untuk menghadapi masa depan dengan iman yang kuat dan sikap penuh pengharapan, sehingga mereka tidak mudah putus asa ketika menghadapi kekecewaan hidup. Dengan memahami janji kedatangan Kristus yang kedua kali dan kebangkitan orang mati, orang percaya memperoleh perspektif yang lebih luas dan optimis tentang masa depan yang dijanjikan Allah, sekaligus mampu menjalani kehidupan dengan penuh arti dan makna.

Namun, pengharapan dalam kekecewaan tidak berarti sikap pasif menunggu atau mengabaikan realitas dunia yang penuh penderitaan. Sebaliknya, pengharapan eskatologis menuntut sikap aktif dan kesiapsiagaan. Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan, berbuah dalam perbuatan baik, dan terus mengembangkan talenta serta pelayanan sebagai bentuk respons terhadap janji eskatologis. Sikap berjaga-jaga dan waspada menjadi tema sentral dalam pengajaran Yesus dan para rasul, yang mengingatkan bahwa kedatangan Kristus bisa terjadi kapan saja. Pengharapan eskatologis menjadi motivasi untuk hidup bermakna dan bertanggung jawab, meskipun realitas dunia sering kali penuh dengan ketidakadilan dan penderitaan.

Secara teologis, pengharapan dalam kekecewaan juga mengajak umat Kristen untuk melihat penderitaan sebagai bagian dari proses keselamatan yang lebih besar. Penderitaan dan kekecewaan tidak menjadi akhir dari segalanya, melainkan bagian dari perjalanan menuju pemulihan dan kehidupan baru yang dijanjikan Allah. Hal ini sejalan dengan pengajaran bahwa penderitaan Kristus dan kebangkitan-Nya menjadi dasar pengharapan hidup kekal bagi orang percaya. Oleh karena itu, pengharapan eskatologis mengandung dimensi pembebasan dari keputusasaan dan dorongan untuk terus berjuang dalam iman, sekaligus menguatkan keyakinan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya.

Pengharapan eskatologis juga mengandung dimensi sosial dan ekologis yang penting dalam konteks dunia modern. Gereja dipanggil untuk menjadi agen pembaruan dan pembebasan dalam dunia yang rusak akibat dosa dan ketidakadilan. Dalam menghadapi krisis ekologis, kemiskinan, dan ketidakadilan sosial, pengharapan akan pemulihan ciptaan menjadi motivasi bagi gereja untuk aktif dalam misi Allah membawa perdamaian dan harmoni antara manusia dan seluruh ciptaan. Pengharapan eskatologis tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif dan kosmis, yang menggerakkan umat percaya untuk berkontribusi dalam mewujudkan Kerajaan Allah di bumi ini secara nyata.


Daftar Pustaka

Destyanto, T.Y., & Sianipar, R.P. (2022). Moderasi Oikumenis Melalui Khotbah Dukacita Dengan Konten Eskatologis Yang Universal. Jurnal Apokalupsis.

Remikatu, J.H. (2020). Teologi Ekologi: Suatu Isu Etika Menuju Eskatologi Kristen.

Patola, S.Y., & Widianing, O.J. (2020). Pengajaran Eskatologi dalam Pendidikan Agama Kristen di Sekolah. Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen.

Rusmanto, A., & Saptono, Y.J. (2022). Teologi Paulus tentang Pengharapan Hidup Kekal dalam Surat Titus. Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan.

Sardono, E.E., & Firmanto, A.D. (2022). Pengharapan di Tengah Pandemi Menurut Jürgen Moltmann. DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani.

 

Komentar