Eskatologi Yang Tidak Akan Lepas Dari Harapan

Eskatologi membahas hal-hal yang akan terjadi di akhir zaman atau akhir zaman, seperti kedatangan Kristus kedua kali, kebangkitan orang mati, penghakiman akhir, dan kehidupan kekal. Eskapologi Kristen selalu terkait dengan pengharapan dan tidak pernah berdiri sendiri. Eskatologi, yang berasal dari kata Yunani eschatos (terakhir) dan logos (ilmu atau studi), berarti studi tentang hal-hal terakhir, seperti kedatangan Kristus kedua kali, penghakiman akhir, surga dan neraka, dan pemulihan ciptaan, dan dua istilah kunci untuk memahami hubungan mendalam antara eskatologi dan harapan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Dalam situasi seperti ini, harapan Kristen berasal dari keyakinan yang kuat akan janji-janji Allah yang pasti terpenuhi, bukan dari keoptimisan atau keinginan yang tidak beralasan.Harapan ini membangun iman dan mendorong tindakan umat percaya.

Prosdokan berarti "menantikan" atau "mengantisipasi dengan penuh semangat." Kata ini mengandung kata-kata seperti penantian aktif, kewaspadaan, dan kesiapsiagaan. Misalnya, dalam Lukas 12:46, prosdokan digunakan untuk menggambarkan bagaimana seorang hamba menantikan kedatangan tuannya dengan penuh semangat. Penantian ini tidak tanpa tujuan; itu penuh dengan persiapan dan tanggung jawab. Demikian pula, prosdokan ditunjukkan dalam Kisah Para Rasul 3:5 sebagai penantian yang penuh harapan, bukan sekadar menunggu tanpa tindakan. Secara teologis, prosdokan menyatakan bahwa penantian eskatologis Kristen adalah penantian yang aktif, siap, dan tidak terjebak dalam ketidakpedulian.

Elpizein, di sisi lain, berarti "berharap" atau "menaruh harapan". Dalam Alkitab, elpizein adalah harapan yang teguh karena bersandar pada janji Allah yang setia, berbeda dengan harapan duniawi yang seringkali tidak pasti. Paulus menekankan bahwa pengharapan Kristen adalah menantikan sesuatu yang belum kelihatan, tetapi pasti akan digenapi dalam Roma 8:24-25. Selain itu, iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, seperti yang dinyatakan dalam Ibrani 11:1. Oleh karena itu, elpizein menyatakan bahwa harapan Kristen bersifat eskatologis dan transformatif, mengarahkan hidup pada keyakinan tentang apa yang akan terjadi di masa depan oleh Allah.

Relasi antara eskatologi dan harapan tidak dapat dipisahkan. Teologi Perjanjian Baru menekankan bahwa karya keselamatan Allah sudah dimulai melalui Kristus ("sudah"), namun penggenapan akhirnya masih dinantikan ("belum"). Harapan eskatologis hidup di antara dua kutub ini, yakni antara realitas keselamatan yang sudah kita alami dan kepenuhan yang masih kita nantikan. Pengharapan akan kedatangan Kristus kedua kali mendorong orang percaya untuk hidup dalam kekudusan, setia dalam pelayanan, dan bertekun dalam penderitaan. Harapan eskatologis juga memberi penghiburan di tengah penderitaan, karena ada kepastian bahwa segala sesuatu akan dipulihkan dalam Kristus (Wahyu 21:1-5).

Dalam refleksi kehidupan masa kini, harapan eskatologis membebaskan orang percaya dari rasa takut dan keputusasaan. Kita tidak hidup dalam kecemasan tentang masa depan, melainkan dalam keyakinan bahwa Allah memegang kendali atas sejarah. Prosdokan mengajarkan bahwa menantikan kedatangan Tuhan bukan berarti pasif atau melarikan diri dari realitas, melainkan terlibat aktif dalam membangun keadilan, kasih, dan perdamaian di dunia. Sementara itu, elpizein menegaskan bahwa pengharapan Kristen harus mendorong kita untuk berani bermimpi, berjuang, dan melayani, karena kita yakin bahwa jerih payah kita tidak sia-sia dalam Tuhan (1 Korintus 15:58).

Sebagai kesimpulan, eskatologi Kristen tidak pernah lepas dari harapan. Melalui kata prosdokan dan elpizein, kita diajak untuk menantikan penggenapan janji Allah dengan sikap aktif dan penuh keyakinan. Harapan eskatologis bukan sekadar menunggu, melainkan menjadi kekuatan pendorong untuk hidup setia, penuh kasih, dan berani menghadapi tantangan zaman. Dengan demikian, eskatologi bukan hanya doktrin tentang masa depan, tetapi juga panggilan untuk hidup bermakna di masa kini.

 

Refleksi Pribadi:

Sebagai orang percaya, saya diingatkan bahwa pengharapan dalam Kristus adalah fondasi yang kokoh di tengah dunia yang rapuh. Kata prosdokan dan elpizein mengajak saya untuk tidak hanya menantikan janji Tuhan secara pasif, tetapi juga terlibat aktif dalam karya kasih dan keadilan. Harapan eskatologis menolong saya untuk tetap setia, berani, dan optimis, karena masa depan ada di tangan Allah yang setia.

Komentar