Salah satu simbol penting dalam eskatologi kosmis adalah kemah Allah atau shekinah, yang menggambarkan kehadiran Allah yang nyata di tengah umat-Nya. Dalam Wahyu 21:3, “kemah Allah” disebut sebagai tempat Allah berdiam bersama manusia, menggenapi janji-Nya untuk tinggal di antara umat-Nya secara kekal. Konsep ini merupakan ekspansi dari narasi Eden sebagai tempat kediaman Allah pada awal penciptaan dan menjadi gambaran akhir dari pemulihan kosmis, di mana hubungan antara Allah dan ciptaan dipulihkan sepenuhnya. Kehadiran shekinah ini menandai bahwa langit dan bumi yang baru bukan hanya sebuah tempat fisik, tetapi juga tempat di mana Allah hadir secara penuh, membawa terang dan kemuliaan yang tidak pernah pudar.
Selain itu, konsep sabbat juga memiliki relevansi dalam eskatologi kosmis. Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, sabbat melambangkan istirahat Allah setelah penciptaan dan menjadi simbol pemulihan dan kedamaian yang sempurna. Eskatologi kosmis memandang “istirahat sabbat” sebagai gambaran akhir dari ciptaan yang diperbarui, di mana segala sesuatu mengalami rekonsiliasi dan pemulihan sempurna sehingga tidak ada lagi penderitaan atau kelelahan. Dengan demikian, sabbat bukan hanya hari istirahat mingguan, tetapi juga metafora eskatologis tentang keadaan ciptaan yang baru dan sempurna di mana Allah dan manusia hidup dalam harmoni abadi.
Gambaran langit dan bumi yang baru dalam eskatologi kosmis juga menekankan bahwa ciptaan lama tidak akan dihancurkan secara total, melainkan akan diperbarui dan ditransformasikan. Hal ini menolak pandangan anihilasi total dan lebih menegaskan konsep restorasi kosmik, di mana alam semesta yang sekarang mengalami kerusakan akan dibawa ke dalam keadaan baru yang bebas dari dosa dan kematian. Dalam penglihatan Yohanes tentang Yerusalem Baru, kota suci itu menjadi pusat kediaman Allah yang kudus dan tempat umat-Nya menikmati kehidupan kekal tanpa cela. Ini menegaskan bahwa eskatologi kosmis adalah tentang pemulihan penuh dan bukan sekadar penghapusan.
Secara teologis, eskatologi kosmis menghubungkan janji-janji Alkitab tentang pemulihan ciptaan dengan pengharapan umat percaya akan kedatangan Kristus kedua kali. Kedatangan Kristus bukan hanya membawa keselamatan pribadi, tetapi juga mengawali tatanan baru di mana Allah akan “menjadi segala-galanya bagi semua orang” (1 Korintus 15:28). Dalam konteks ini, eskatologi kosmis juga menegaskan bahwa manusia sebagai bagian dari ciptaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat bumi sebagai bagian dari pengharapan akan pemulihan ini. Dengan demikian, pengharapan eskatologis mendorong sikap hidup yang bertanggung jawab secara ekologis dan sosial.
Dalam praktiknya, pemahaman eskatologi kosmis menginspirasi umat Kristen untuk aktif dalam misi pembaruan dunia, termasuk dalam upaya menjaga lingkungan dan mewujudkan keadilan sosial. Kesadaran bahwa seluruh ciptaan menantikan pembebasan dari kebinasaan (Roma 8:19-22) memotivasi gereja untuk menjadi agen perubahan yang membawa damai dan harmoni di dunia ini. Dengan demikian, eskatologi kosmis tidak hanya menjadi pengharapan masa depan, tetapi juga panggilan untuk tindakan nyata di masa kini.
Kesimpulannya, eskatologi kosmis mengajarkan bahwa akhir zaman akan melibatkan pemulihan dan pembaruan seluruh ciptaan, di mana Allah akan hadir secara penuh (shekinah) di tengah umat-Nya dalam langit dan bumi yang baru. Konsep sabbat sebagai istirahat dan pemulihan menjadi gambaran keadaan sempurna ciptaan yang baru. Pemulihan ini bukan sekadar penghapusan ciptaan lama, melainkan transformasi total yang membawa kedamaian, keadilan, dan kemuliaan Allah secara kekal. Dengan demikian, eskatologi kosmis memberikan dimensi teologis yang luas dan mendalam, sekaligus menjadi sumber pengharapan dan motivasi bagi umat Kristen untuk hidup bertanggung jawab dan aktif dalam misi pembaruan dunia.
Daftar Pustaka
Jatmiko, Y. (2018). Sebuah Analisis Terhadap Problematika Ajaran Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru.
Bali, A. (2018). KONSEP TENTANG LANGIT DAN BUMI YANG BARU. Jurnal Amanat Agung.
Talifuddin, F.I., Lintong, A.C., & Panggulu, S.L. (2025). Simbolisme Langit Yang Baru Dan Bumi Yang Baru Dalam Kitab Wahyu 21: Analisis Visi Dan Pesan Apokaliptik Untuk Konteks Kontemporer. ORTHOTOMEO : Jurnal Penelitian Ilmiah.
Hauw, A., & Emmanuella, W. (2023). “Kemah Allah” sebagai ekspansi akhir Eden dalam langit dan bumi baru. KURIOS.
Yohanes, H. (2020). Langit dan Bumi yang Baru: Eskatologi berdasarkan Teologi Biblika tentang Tempat Kediaman Allah. GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian.
Kayadoe, M. (2023). AKTUALISASI LANGIT BARU DAN BUMI BARU MENURUT WAHYU 21:1-4 DALAM PENDIDIKAN PERDAMAIAN. Diegesis : Jurnal Teologi.
Komentar
Posting Komentar