PANCA TUGAS GEREJA: PEWARTAAN

 

Pengertian Kerygma secara Etimologi dan Teologi

Kerygma berasal dari bahas Latin yaitu, Kerugma yang berarti pemberitaan atau pewartaan. Kerygma berasal dari kata kerja Keryssein. Yang berarti memaklumkan atau mengumumkan. Pada kitab suci perjanjian baru lebih identik dengan perwartaan injil Kristus dan sebagai pesan awal untuk bertobat dan percaya kepada Kristus. Jadi, Kerygma dalam gereja katolik adalah pewartaan injil kristus.

Kerygma menurut Bultmann adalah segala bentuk pewartaanYesus dalam kitab suci. Bultmann membagi dua tingkatan Kerygma. Tingkatan kerygma yang pertama adalah pengajaran Yesus. Ia mengatakan bahwa pengajaran Yesus adalah sebuah pesan bukan seorang pribadi atau kisahnya. Karena Yesus mengajar dengan meberikan pesan-pesan kepada murid-muridnya dan kepada orang yang hidup pada zamannya. Jadi, menurut Bultmann, apabila ajaran Yesus itu datang melalui orang lain, sebaiknya nama “Yesus” ditempatkan dalam tanda kutip yang menandakan bahwa itu hanya pesan bukan pribadi Yesus atau bukan juga sejarah-Nya.

Tingkatan yang kedua menurut Bultmann Kerygma adalah ajaran mula-mula yang diwarrtakan oleh gereja dengan mengklaim bahwa Yesus dibangkitkan dari antara orang mati serta peryataan bahawa Yesus adalah anak Allah. Ia mengatakan pengajaran Yesus berisi tentang pewartaan salib yang Yesus Alami. Sehingga dapat dipahami pewartaan Yesus juga berupa penderitaan dan Salib. Kerygma yang dikemukakan oleh Bultmann terlepas dari sejarah historis Yesus. Jadi kerygma yang di kemukakan Bultmann memiliki inti bagaimana setiap Individu mengalami peristiwa Yesus, menerima anugrah Allah dan penebusan yang dilakukan oleh Yesus.

 Menurut St. Agustinus Kerygma adalah pewartaan Yesus mengenai rencana penyelamatan Allah. Santo Agustinus tidak secara langsung mengungkapkan bentuk pewartaan Kristus dengan Keryma tetapi, ada prinsip-prinsip pewartaan yang dikemukakan oleh St. Agustinus. Hal ini dikarenakan St. Agustinus hidup pada abad 4 masehi sebelum adanya perkembangan terminologi modern. St. Agustinus mengartikan bahwa Keryma adalah bentuk pewartaan tentang kebangkitan Yesus untuk menyelamatkan  dunia dengan peluruhan dosa seluruh manusia lewat kematian Yesus dan kebangkitannya. Seperti yang tertulis di bukunya Dogtrina Christiana  Agustinus lebih berfokus pada pengajaran dan pewartaan dari Kitab suci.

Menurut St. Bonaventura Keryma lebih menekankan pada cara hidup yang berpusat pada Kristus sebagai pusat keselamatan dan wahyu ilahi. Bagi St. Bonaventura Keryma bukan dalam bentuk pewartaan saja  tetapi kerygma lebih kepada pengumuman  tentang Yesus yang disalib wafat dan dibangkitkan. Dari ketiga teolog ini selalu menekankan pada kisah Yesus yang wafat disalib dan dibangkitkan. Kerygma dari tiga teolog ini tidak terlepas dari pewartaan kitab suci. Sehingga penulis dapat menyimpulkan pewartaan atau Kerygma tidak terlepas dari pengenalan seorang individu terhadap pribadi Yesus sebagai manusia dan sekaligus Allah.

Bentuk-bentuk Pewartaan Gereja di Era Modern

Pewartaan Gereja telah mengalami transformasi signifikan untuk menyesuaikan diri dengan tantangan dan peluang di era modern. Metode tradisional seperti khotbah dan katekese tetap relevan, namun kini dilengkapi dengan pendekatan yang lebih interaktif dan mudah dipahami. Gereja juga merangkul media sosial, situs web, dan platform digital lainnya untuk menjangkau khalayak yang lebih luas dan menyebarkan pesan Injil secara online. Karya sosial dan komunitas basis gerejawi menjadi wadah bagi umat untuk mewujudkan iman mereka melalui tindakan nyata dan kesaksian hidup, sementara dialog antaragama dan budaya memperkaya perspektif Gereja dan mendorong kerukunan.

Pewartaan di era digital menghadapi tantangan unik, seperti meminimalisir dampak negatif budaya instan, mengatasi kesepian dan potensi manipulasi, serta membantu umat membedakan informasi yang benar dan salah. Globalisasi budaya menuntut Gereja untuk merangkul pluralisme dan memperdalam identitas iman umat. Dialog antaragama menjadi krusial untuk menghindari kesalahpahaman dan mempromosikan nilai-nilai universal.

Perkembangan sains dan teknologi memunculkan pertanyaan baru tentang hubungan antara iman dan akal budi. Gereja perlu mengklarifikasi isu-isu etis yang kompleks, seperti bioetika dan dampak teknologi, serta menjembatani kesenjangan antara sains dan iman. Penting untuk menekankan bahwa sains dan iman bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi dalam memahami misteri kehidupan dan alam semesta.

Gereja memiliki tanggung jawab untuk mendorong perlindungan lingkungan dan menginspirasi gaya hidup yang berkelanjutan. Konsumerisme dan eksploitasi alam harus diatasi dengan mempromosikan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa hormat terhadap ciptaan. Di dunia kerja, Gereja berperan dalam membela hak-hak pekerja, memastikan keadilan, dan menentang segala bentuk eksploitasi.

Tantangan Pewartaan masa kini

1. Klerikalisme

Masih adanya pandangan bahwa pewartaan hanya merupakan tugas ekslusif para klerus dapat membatasi peran awam seperti katekis dalam melaksanakan karya pewartaan. Hal ini tercermin dalam analisis Marcellinus Mbipi Jepa Jome yang menyatakan bahwa kateris seringkali diposisikan sebagai makhluk nomor dua dalam pewartaan, sehingga karya pewartaan mereka terganggu. Pandangan ini membentuk suatu cap kepada para katekis yang juga sebagai pewarta sabda di dalam gereja, hal ini mengubah pandangan bahwa tugas pewartaan akan terberkati jika dilakukan oleh orang yang tertahbis secara sah dan layak telah menerima sebuah sakramen itu sendiri. Padahal berat dari pewartaan itu nyata jika diucapkan dan diajarkan oleh siapapun yang menggaungkan kerajaan Allah sebagai bentuk pengingat diri kita kepada reaslime pengorbanan Yesus di kayu salib.

2. Teknologi Modern

Perubahan perilaku masyarakat akibat kemajuan teknologi membuat perhatian publik kurang tertuju pada pewartaan tradisional. Oleh karena itu, Gereja harus adaptif dan menggunakan teknologi untuk menjangkau umat. Contohnya, penggunaan gadget dalam pewartaan sakramen, gerak, dan kegiatan paroki dapat meningkatkan efektivitas pewartaan. Hal ini menjadi tantangan mediasi pewartaan zaman modern yang mana para katekis juga harus ikut ambil bagian dalam memahami perkembangan media agar ppewartaan itu dapat tersebar luas kesegala penjuru dunia.

 

3. Skeptisisme Terhadap Agama

Tingkat skeptisisme masyarakat terhadap agama yang tinggi memerlukan strategi komunikatif yang lebih kuat agar pesan iman relevan dan menarik bagi generasi muda. Misalnya, di Indonesia, keuskupan menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan izin pembangunan gereja karena masih adanya kecurigaan dan persepsi bahwa Gereja Katolik adalah pesaing agama-agama lain. Kecurigaan inilah yang membuat banyak orang tidak mengistimewakan gereja sebagi tempat peribadatan namun memandang gereja sebagai tempat persaingan dan pengambilalihan keuntungan dari umat umatnya. Katekis mendapat peran untuk memberikan pengajaran kepada sesama kaum awam agar mereka mengerti dan memahami fungsionalitas gereja secara mendalam.

Sumbangan :

Setiap anggota Gereja dipanggil untuk berpartisipasi aktif dalam karya pewartaan, sesuai dengan talenta dan kemampuan masing-masing. Partisipasi dalam kegiatan Gereja, memperdalam pengetahuan iman, dan mengamalkan nilai-nilai Injil dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk-bentuk sumbangan yang berharga. Umat juga dapat berperan sebagai katekis, fasilitator kelompok doa, atau relawan dalam pelayanan sosial.

Kesaksian hidup yang otentik merupakan salah satu bentuk pewartaan yang paling efektif. Umat dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di lingkungan mereka, menunjukkan sikap cinta kasih, kejujuran, dan pengampunan. Media sosial dapat dimanfaatkan untuk berbagi pesan-pesan positif dan renungan rohani. Dialog yang penuh hormat dengan orang yang berbeda agama juga merupakan bentuk pewartaan yang dapat mempromosikan kerukunan dan toleransi.

Doa merupakan fondasi dari setiap karya pewartaan. Umat diajak untuk mendoakan para imam, religius, katekis, dan semua yang terlibat dalam mewartakan Injil. Doa juga dipanjatkan agar semakin banyak orang mengenal dan mengimani Yesus KristusTantangan dalam Pewartaan Gereja. Dalam menghadapi tantangan pewartaan gereja, partisipasi aktif dalam komunitas sangat penting. Setiap anggota gereja diharapkan untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan dan menggunakan alat-alat modern untuk menyampaikan pesan Injil dengan cara yang menarik dan kontemporer. Hal ini tidak hanya akan memperkuat ikatan antar anggota gereja, tetapi juga memungkinkan pesan iman menjangkau lebih banyak orang, terutama generasi muda yang akrab dengan teknologi.

Di sisi lain, para katekis perlu diberikan pemahaman dan kepastian mengenai peran mereka sebagai andalan Gereja dalam tugas pewartaan. Mereka harus menyadari bahwa kontribusi mereka sangat penting dan bukan sekadar pekerjaan sampingan. Selain itu, penggunaan teknologi secara bijak dapat meningkatkan efektivitas pewartaan. Misalnya, memanfaatkan gadget untuk membagikan pesan Injil, memberikan bimbingan, dan melakukan konseling dapat menjadi cara yang efektif untuk menjangkau umat dengan lebih baik.







Eklesiologi 7

Komentar